MAKALAH
KEBUDAYAAN BATIK INDONESIA
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 LATAR
BELAKANG
Budaya atau kebudayaan berasal dari
bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang
merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal)
diartikan sebagai hal-hal
yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam
bahasa inggris,
kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata latin
Colere, yaitu
mengolah atau mengerjakan sebagai ”kultur” dalam bahasa
Indonesia.
Definisi Budaya adalah suatu cara
hidup yang berkembang dan dimiliki bersama
oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke
generasi. Budaya
tebentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama
dan politik,
adat istiadat, bahasa, pakaian, dan karya seni. Bahasa,
sebagaimana juga
budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia
sehingga banyak
orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis.
Ketika seseorang
berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda
budaya dan
menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa
budaya itu
dipelajari.
Budaya juga dapat diartikan sebagai
suatu pola hidup menyeluruh , budaya
bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya
turut menentukan
prilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar
dan meliputi banyak
kegiatan sosial manusia. Dengan demikian, budayalah yang
menyediakan suatu
kerangka yang koheren untuk mengorganisasikan aktivitas
seseorang dan
memungkinkannya meramalkan perilaku orang lain.
Kebudayaan Indonesia bisa diartikan
seluruh ciri khas suatu daerah yang ada
sebelum terbentuknya nasional indonesia, yang termasuk
kebudayaan Indonesia
itu adalah seluruh kebudayaan lokal dari seluruh ragam
suku-suku di Indonesia.
1. 2 RUMUSAN
MASALAH
Salah satu kebudayaan yang harus
dilestarikan di Indonesia adalah batik. Sejak
Malaysia pernah mengklaim bahwa batik berasal dari Malaysia,
barulah bangsa
Indonesia tersadar dari mimpinya bahwa batik harus segera
dilestarikan
kembali keberadaannya. Dan sejak saat itu banyak motif batik
bermunculan
kembali bahkan sudah menjadi tren kalau batik merupakan
pakaian khas
bangsa Indonesia. Bahkan oleh UNESCO telah ditetapkan bahwa
batik sebagai
Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi sejak
2 Oktober
2009.
Apa itu batik, mengapa batik harus dilestarikan dan
bagaimana batik bisa
menjadi suatu kebudayaan yang ada di Indonesia akan dibahas
satu persatu
dalam makalah ini.
1. 3 TUJUAN
Penulisan makalah ini bertujuan untuk menambah pengetahuan
tentang
kebudayaan, terutama tentang sejarah batik tradisional
Indonesia, mengetahui
jenis-jenis batik berdasarkan gologannya masing-masing dan
mengetahui cara
pembuatan batik tulis. Serta diharapkan agar warga indonesia
mencintai dan
melestarikan kebudayaan batik. Sehingga batik yang
ada diIndonesia terus berkembang dan diakui keberadaannya di
seluruh dunia.
BAB II
KERANGKA TEORI
Batik merupakan kebudayaan khas bangsa Indonesia yang sudah
ada sejak masa
kerajaan majapahit. Untuk lebih memantapkan pemahaman kita
tentang batik,
ada baiknya kita tahu tentang sejarah batik Indonesia. Batik
secara historis
berasal dari zaman nenek moyang yang dikenal sejak abad XVII
yang ditulis dan
dilukis pada daun lontar. Saat itu motif atau pola batik
masih didominasi
dengan bentuk binatang dan tanaman. Namun dalam sejarah
perkembangannya
batik mengalami perkembangan, yaitu dari corak-corak lukisan
binatang dan
tanaman, beralih pada motif abstrak yang menyerupai awan,
relief candi,
wayang beber dan sebagainya.
Selanjutnya melalui penggabungan corak lukisan dengan seni
dekorasi pakaian,
muncul seni batik tulis seperti yang kita kenal sekarang
ini. Khasanah budaya
Bangsa Indonesia yang demikian kaya telah mendorong lahirnya
berbagai corak
dan jenis batik tradisioanal dengan ciri kekhususannya
sendiri. Misalnya batik
Pekalongan, Yogyakarta, Solo ataupun daerah-daerah lain di
Indonesia memiliki
corak atau motif sesuai dengan kekhasan daerahnya.
Dalam perkembangannya, kesenian batik ini ditiru oleh rakyat
terdekat dan
selanjutnya meluas menjadi pekerjaan kaum wanita dalam rumah
tangganya
untuk mengisi waktu senggang. Selanjutnya, batik yang
tadinya hanya pakaian
keluarga istana, kemudian menjadi pakaian rakyat yang
digemari, baik wanita
maupun pria.
BAB III
PEMBAHASAN
3. 1 PENGERTIAN
Kerajinan batik ini di Indonesia telah dikenal sejak zaman
Majapahit dan terus
berkembang hingga kerajaan berikutnya. Meluasnya kesenian
batik menjadi
milik rakyat Indonesia dan khususnya suku Jawa ialah setelah
akhir abad XVIII
atau awal abad XIX. Batik yang dihasilkan ialah batik tulis
sampai awal abad XX
dan batik cap dikenal baru setelah usai Perang Dunia I atau
sekitar 1920. Kini
batik sudah menjadi bagian pakaian tradisional Indonesia.
Batik adalah salah satu cara pembuatan bahan kain. Selain
itu batik bisa
mengacu pada dua hal. Yang pertama adalah teknik pewarnaan
kain dengan
menggunakan malam, teknik ini adalah salah satu bentuk seni
kuno yang
berguna untuk mencegah pewarnaan sebagian dari kain. Dalam
literature
Internasional, teknik ini dikenal sebagai wax-resist dyeing.
Pengertian kedua
adalah kain atau busana yang dibuat dengan teknik tersebut,
termasuk
penggunaan motif-motif tertentu yang memiliki kekhasan.
Batik Indonesia,
sebagai keseluruhan teknik, teknologi, serta pengembangan
motif dan budaya
yang terkait.
Batik juga termasuk jenis
kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah
menjadi bagian dari budaya Indonesia (khususnya Jawa) sejak
lama.
Perempuan-perempuan Jawa di masa lampau menjadikan
keterampilan mereka
dalam membatik sebagai mata pencaharian, sehingga di masa
lalu pekerjaan
membatik adalah pekerjaan eksklusif bagi kaum perempuan.
Semenjak
industrialisasi dan globalisasi, yang memperkenalkan teknik
otomatisasi, batik
jenis baru muncul, dikenal sebagai “Batik Cap dan Batik
Cetak”, yang
memungkinkan masuknya laki-laki ke dalam bidang ini.
Pengecualian bagi
fenomena ini, yaitu batik pesisir yang memiliki garis
maskulin seperti yang bisa
dilihat pada corak “Mega Mendung”, dimana di beberapa daerah
pesisir
pekerjaan membatik adalah lazim bagi kaum lelaki. Sementara
batik tradisional
yang diproduksi dengan teknik tulisan tangan menggunakan
canting dan malam
disebut batik tulis.
Tradisi membatik pada mulanya merupakan tradisi yang turun
temurun,
sehingga kadang kala suatu motif dapat dikenal berasal dari
batik keluarga
tertentu. Beberapa motif batik dapat menunjukkan status
seseorang. Bahkan
sampai saat ini, beberapa motif batik tradisonal hanya
dipakai oleh keluarga
keraton Yogyakarta dan Surakarta.
3. 2 SEJARAH BATIK INDONESIA
Sejarah batik yang tepat tidak dapat dipastikan tetapi
artifak batik berusia
lebih 2000 tahun pernah ditemui. Dari manapun asalnya, hasil
seni ini telah
menjadi warisan peradaban dunia. Jenis corak batik
tradisional tergolong amat
banyak, namun corak dan variasinya sesuai dengan filosofi
dan budaya masing-
masing daerah yang amat beragam. Khas budaya Bangsa
Indonesia yang
demikian kaya telah mendorong lahirnya berbagai corak dan
jenis batik
tradisional dengan ciri kekhususannya sendiri.
Pemakaian batik dalam busana tradisi mempunyai sejarah yang
lama
berlangsung dari zaman awal tamadun Melayu. Dipakai oleh
semua golongan,
dari raja ke bangsawan sampai rakyat jelata, batik
menzahirkan dirinya sebagai
seni asli yang praktikal dan popular. Dalam tradisi
penulisan kain cindai
misalnya disebut dalam banyak hikayat-hikayat silam. Batik
menjadi hadiah
perpisahan dan perlambangan cinta dalam hikayat Malim Demam
dan dijadikan
tanda penganugerahan derajat dalam Hikayat Hang Tua.
3. 3
PERKEMBANGAN BATIK DI INDONESIA
Sejarah pembatikan di Indonesia berkaitan dengan
perkembangan kerajaan
majapahit dan kerajaan sesudahnya. Dalam beberapa catatan,
pengembangan
batik banyak dilakukan pada masa-masa kerajaan Mataram,
kemudian pada
masa kerajaan Solo dan Yogyakarta.
Kesenian batik merupakan kesenian gambar di atas kain untuk
pakaian yang
menjadi salah satu kebudayaan keluarga raja-raja Indonesia
zaman dahulu.
Awalnya batik dikerjakan hanya terbatas dalam kraton saja
dan hasilnya untuk
pakaian raja dan keluarga serta para pengikutnya. Oleh
karena banyak dari
pengikut raja yang tinggal di luar kraton, maka kesenian
batik ini dibawah oleh
mereka keluar kraton dan dikerjakan ditempatnya
masing-masing.
Dalam perkembangannya lambat laun kesenian batik ini ditiru
oleh rakyat
terdekat dan selanjutnya meluas menjadi pekerjaan kaum
wanita dalam rumah
tangganya untuk mengisi waktu senggang. Selanjutnya, batik
yang tadinya
hanya pakaian keluarga istana, kemudian menjadi pakaian
rakyat yang
digemari, baik wanita maupun pria. Bahan kain putih yang
dipergunakan waktu
itu adalah hasil tenunan sendiri. Sedangkan bahan-bahan
pewarna yang dipakai
terdiri dari tumbu-tumbuhan asli Indonesia yang dibuat
sendiri antara lain :
pohon mengkudu, soga, nila, dan bahan sodanya dibuat dari
soda abu, serta
garamnya dibuat dari tanah lumpur.
Jadi kerajinan batik di Indonesia telah dikenal sejak zaman
kerajaan Majapahit
dan terus berkembang hingga kerajaan berikutnya. Adapun
mulai meluasnya
kesenian batik ini menjadi milik rakyat Indonesia dan
khususnya suku Jawa
ialah setelah akhir abad ke-XVIII atau awal abad ke-XIX.
Batik yang dihasilkan
ialah semuanya batik tulis sampai awal abad ke-XX dan batik
cap dikenal baru
setelah usai perang dunia kesatu atau sekitar tahun 1920.
Kini batik sudah
menjadi bagian pakaian tradisional Indonesia.
3. 4 MOTIF
BATIK DI INDONESIA
Ragam corak dan warna Batik dipengaruhi oleh berbagai
pengaruh asing.
Awalnya, batik memiliki ragam corak dan warna yang terbatas,
dan beberapa
corak hanya boleh di pakai oleh kalangan tertentu. Namun
batik pesisir
menyerap berbagai pengaruh luar, seperti para pedagang asing
dan juga para
penjajah. Warna-warna cerah seperti merah dipopulerkan oleh
Tionghoa, yang
juga mempopulerkan corak phoenix. Batik tradisional tetap
mempertahankan
coraknya, dan masih dipakai dalam upacara-upacara adat,
karena biasanya
masing-masing corak memiliki perlambangan masing-masing.
Adapun jenis-jenis
Batik Berdasarkan Corak / Motifnya yang ada di Indonesia
sampai saat ini adalah sebagai berikut :
1. Batik Pekalongan
Pasang surut perkembangan batik Pekalongan, memperlihatkan
pekalongan
layak menjadi ikon bagi perkembangan batik di Nusantar. Ikon
bagi karya seni
yang tak pernah menyerah dengan perkembangan zaman dan
selalu dinamis.
Kini batik sudah menjadi nafas kehidupan sehari-hari warga
Pekalongan dan
merupakan salah satu produk unggulan. Hal ini disebabkan
oleh banyaknya
industri yang menghasilakan produk batik. Karena terkenal
dengan produk
batiknya, Pekalongan dikenal sebagai Kota Batik. Julukan itu
datang dari suatu
tradisi yang cukup lama berakar di Pekalongan. Selama
periode yang panjang
itulah, aneka sifat, ragam kegunaan, jenis rancangan, serta
mutu batik
ditentukan oleh iklim dan keberadaan serat-serat setempat,
faktor sejarah
perdagangan dan kesiapan masyarakatnya dalam menerima paham
serta
pemikiran baru.
Batik Pekalongan termasuk batik pesisir yang paling kaya
akan warna.
Sebagaimana ciri khas batik pesisir, ragam hiasnya biasanya
bersifat naturalis.
Jika dibandingkan dengan batik pesisir lainnya Batik Pekalongan
ini sangat
dipengaruhi pendatang keturunan China dan Belanda. Motif
Batik Pekalongan
sangant bebas, dan menarik, meskipun sering kali
dimodifikasi dengan variasi
warna yang atraktif. Tak jarang pada sehelai kain batik
dijumpai hingga 8
warna yang berani, dan kombinasi yang dinamis.
Keistimewaan Batik Pekalongan adalah, para pembatiknya
selalu mengikuti
perkembangan zaman. Misalnya pada waktu penjajahan jepang,
maka lahir
batik dengan nama ” Batik Jawa Hokokai” yaitu batik dengan
motif dan warna
yang mirip kimono Jepang. Pada tahun enam puluhan juga
diciptakan batik
dengan nama ”Tritura”. Bahkan pada tahun 2005, sesaat
setelah presiden SBY
diangkat muncul batik dengan motif ”SBY” yaitu motif batik
yang mirip dengan
kain tenun ikat dan songket. Warga Pekalongan tidak perna
kehabisan ide untuk
membuat kreasi motif batik.
2. Batik Mega
Mendung
Hampir di seluruh wilayah Jawa memiliki kekayaan budaya
batik yang
khas. tentu saja ada daerah-daerah yang lebih menonjol
seperti Solo, Yogya,
dan Pekalongan. tetapi kekayaan seni batik daerah Cirebon
juga tidak kalah
disbanding kota-kota lainnya.
Menurut sejarahnya, di daerah cirebon terdapat pelabuhan
yang ramai
disinggahi berbagai pendatang dari dalam maupun luar negri.
Salah satu
pendatang yang cukup berpengaruh adalah pendatang dari Cina
yang membawa
kepercayaan dan seni dari negerinya.
Dalam Sejarah diterangkan bahwa Sunan Gunung Jati yang
mengembangkan
ajaran Islam di daerah Cirebon menikah dengan seorang putri
Cina Bernama
Ong TIe. Istri beliau ini sangat menaruh perhatian pada
bidang seni, khususnya
keramik. Motif-motif pada keramik yang dibawa dari negeri
cina ini akhirnya
mempengaruhi motif-motif batik hingga terjadi perpaduan
antara kebudayaan
Cirebon-Cina.
Salah satu motif yang paling terkenal dari daerah Cirebon
adalah batik Mega
Mendung atau Awan-awanan. Pada motif ini dapat dilihat baik
dalam bentuk
maupun warnanya bergaya selera cina.
Motif Mega Mendung melambangkan pembawa hujan yang di
nanti-natikan
sebagai pembawa kesuburan, dan pemberi kehidupan. Motif ini
didominasi
dengan warna biru, mulai biru muda hingga biru tua. Warna
biru tua
menggambarkan awan gelap yang mengandung air hujan, pemberi
kehidupan,
sedangkan warna biru muda melambangkan semakin cerahnya
kehidupan.
3. Batik motif
Truntun
Boleh dibilang motif Truntum merupakan simbol dari cinta
yang bersemi
kembali. Menurut kisahnya, motif ini diciptakan oleh seorang
Ratu Keraton
Yogyakarta.
Sang Ratu yang selama ini dicintai dan dimanja oleh Raja,
merasa dilupakan
oleh Raja yang telah mempunyai kekasih baru. Untuk mengisi
waktu dan
menghilangkan kesedihan, Ratu pun mulai membatik. Secara
tidak sadar ratu
membuat motif berbentuk bintang-bintang di langit yang
kelam, yang selama
ini menemaninya dalam kesendirian. Ketekunan Ratu dalam
membatik menarik
perhatian Raja yang kemudian mulai mendekati Ratu untuk
melihat
pembatikannya. Sejak itu Raja selalu memantau perkembangan
pembatikan
Sang Ratu, sedikit demi sedikit kasih sayang Raja terhadap
Ratu tumbuh
kembali. Berkat motif ini cinta raja bersemi kembali atau
tum-tum kembali,
sehingga motif ini diberi nama Truntum, sebagai lambang
cinta Raja yang
bersemi kembali.
4. Batik Jlamprang
Motif – motif Jlamprang atau di Yogyakarta dengan nama Nitik
adalah
salah satu batik yang cukup popular diproduksi di daerah
Krapyak
Pekalongan. Batik ini merupakan pengembangan dari motif kain
Potola dari
India yang berbentuk geometris kadang berbentuk bintang atau
mata angin dan
menggunakan ranting yang ujungnya berbentuk segi empat.
Batik Jlamprang ini
diabadikan menjadi salah satu jalan di Pekalongan.
5. Batik Pegantin
Setiap motif pada batik tradisional klasik selalu memiliki
filosofi
tersendiri. Pada motif Batik, Khususnya dari daerah jawa
tengah, terutama Solo
dan Yogya, setiap gambar memiliki makna. Hal ini ada
hubungannya dengan
arti atau makna filosofis dalam kebudayaan Hindu-Jawa. Pada
motif tertentu
ada yang dianggap sakral dan hanya dapat dipakai pada
kesempatan atau
peristiwa tertentu, diantaranya pada upacara perkawinan.
Motif Sido-Mukti biasanya dipakai oleh pengantin pria dan
wanita pada acara
perkawinan, dinamakan juga sebagai Sawitan (sepasang). Sido
berarti terus
menerus atau menjadi dan mukti berarti hidup dalam
berkecukupan dan
kebahagiaan. jadi dapat disimpulkan motif ini melambangka
harapan akan
masa depan yang baik, penuh kebahagiaan unuk kedua mempelai.
Selain Sido
Mukti terdapat pula motif Sido Asih yang maknanya hidup
dalam kasih sayang.
Masih ada lagi motif Sido Mulyo yang berarti hidup dalam
kemuliana dan Sido
Luhur yang berarti dalam hidup selalu berbudi luhur.
Ada pula motif yang bukan sawitan kembar, tetapi biasanya
dipakai pasangan
pengantin yaiu motif Ratu Ratih berpasangan dengan Semen
Rama, yang
melambangkan kesetiaan seorang istri kepada suaminya.
Sebenarnya masih
banyak lagi motif yang biasa dipakai pasangan pengantin,
semuanya diciptakan
dengan melambangkan harapan, pesan, niat dan itikad baik
kepada pasangan
pengantin. Pada Upacara Perkawinan Orang tua pengantin
biasanya memakai
motif Truntum yang dapat pula berarti menuntun, yang
maknanya menuntun
kedua mempelai dalam memasuki liku-liku kehidupan baru yaitu
berumah
tangga.
Dikenal juga motif Sido Wirasat, wirasat berarti nasehat,
dan pada motif ini
selalu terdapat kombinasi motif truntum di dalamnya, yang
melambangkan
orangtua akan selalu memberi nasehat dan menuntun kedua
mempelai dalam
memasuki kehidupan berumahtangga.
6. Batik Tiga Negeri
Kerumitan membuat sepotong batik tulis ternyata masih belum
cukup jika
kita tahu sejarah motif Batik Ttiga Negeri. Motif Batik Tiga
Negeri merupakan
gabungan batik khas Lasem, Pekalongan dan Solo, pada jaman
kolonial wilayah
memiliki otonomi sendiri dan disebut negeri. Mungkin kalau
hanya perpaduan
motifnya yang khas masing-masing daerah masih wajar dan
biasa, tetapi yang
membuat batik ini memiliki nilai seni tinggi adalah
prosesnya. Konon menurut
para pembatik, air disetiap daerah memiliki pengaruh besar
terhadap
pewarnaan, dan ini masuk akal karena kandungan mineral air
tanah berbeda
menurut letak geografisnya. Maka dibuatlah batik ini di
masing-masing daerah.
Pertama, kain batik ini dibuat di Lasem dengan warna merah
yang khas, seperti
merah darah, setelah itu kain batik tersebut dibawa ke
Pekalongan dan dibatik
dengan warna biru, dan terakhir kain diwarna coklat sogan
yang khas di kota
Solo.
Mengingat sarana transportasi pada zaman itu tidak sebaik
sekarang, maka kain
Batik Tiga Negeri ini dapat dikatakan sebagai salah satu
masterpiece batik.
7. Batik Pagi Sore
Desain batik pagi sore mulai ada pada jaman penjajahan
Jepang. Pada waktu
itu karena sulitnya hidup, untuk penghematan, pembatik
membuat kain batik
pagi sore. Satu kain batik dibuat dengan dua desain motif
yang berbeda.
Sehingga jika pada pagi hari kita menggunakan sisi motif
yang satu, maka sore
harinya kita dapat mengenakan motif yg berbeda dari sisi
kain yang lainnya,jadi
terkesan kita memakai 2 kain yang berbeda padahal hanya 1
lembar kain.
Tentu saja sekarang jarang sekali orang yang memakai kain
kebaya (jarik)
untuk sehari-hari, tetapi motif pagi/sore masih banyak di
buat pada produk
batik lainnya. Biasanya kain sutra ada yang dibuat 2 motif
pada satu lembar
kain jadi dapat dibuat dua baju, ada pula scarf yang biasa
dipakai untuk jilbab,
dibuat setengah polos dan setengah motif. Batik pagi sore
memang alternatif
untuk memiliki ragam batik dengan biaya terbatas.
Jenis-jenis Batik
Berdasarkan Tekniknya adalah sebagai berikut :
Batik Tulis adalah
kain yang dihias dengan teksture dan corak batik
menggunakan tangan. Pembuatan batik jenis ini memakan waktu
kurang lebih
2-3 bulan.
Batik Cap adalah
kain yang dihias dengan teksture dan corak batik yang
dibentuk dengan cap ( biasanya terbuat dari tembaga). Proses
pembuatan batik
jenis ini membutuhkan waktu kurang lebih 2-3 hari.
Batik Lukis adalah
proses pembuatan batik dengan cara langsung melukis pada
kain putih.
Jenis-jenis Batik
Berdasarkan Asal Pembuatannya adalah sebagai baerikut:
Batik Jawa
Batik Jawa adalah sebuah warisan kesenian budaya orang
Indonesia, khususnya
daerah Jawa yang dikuasai orang Jawa dari turun temurun.
Batik Jawa
mempunyai motif-motif yang berbeda-beda. Perbedaan motif ini
biasa terjadi
dikarnakan motif-motif itu mempunyai makna, maksudnya bukan
hanya sebuah
gambar akan tetapi mengandung makna yang mereka dapat dari
leluhur
mereka, yaitu penganut agama animisme, dinamisme atau Hindu
dan Buddha.
Batik jawa banyak berkembang di daerah Solo atau yang biasa
disebut dengan
batik Solo.
3. 5 CARA
MEMBUAT BATIK
Mari bersama kita melestarikan budaya batik dan kesenian
Bangsa dengan
mengetahui cara pembuatan batik tulis. Alat dan bahan yang
harus disiapkan
adalah sebagai berikut :
Kain mori (bisa
terbuat dari sutra atau katun)
Canting sebagai
alat pembentuk motif,
Gawangan (tempat
untuk m enyampirkan kain)
Lilin (malam) yang
dicairkan
Panci dan kompor
kecil untuk memanaskan
Larutan pewarna
Adapun tahapan-tahapan dalam proses pembuatan batik tulis :
1. Langkah pertama
adalah membuat desain batik yang biasa disebut molani.
Dalam penentuan motif, biasanya tiap orang memiliki selera
berbeda-beda. Ada
yang lebih suka untuk membuat motif sendiri, namun yang lain
lebih memilih
untuk mengikuti motif-motif umum yang telah ada. Motif yang
kerap dipakai di
Indonesia sendiri adalah batik yang terbagi menjadi 2 :
batik klasik, yang
banyak bermain dengan simbol-simbol, dan batik pesisiran
dengan ciri khas
natural seperti gambar bunga dan kupu-kupu. Membuat design
atau motif ini
dapat menggunakan pensil.
2. Setelah selesai
melakukan molani, langkah kedua adalah melukis dengan (lilin)
malam menggunakan canting (dikandangi/dicantangi) dengan
mengikuti pola
tersebut.
3. Tahap
selanjutnya, menutupi dengan lilin malam bagian-bagian yang akan
tetap berwarna putih (tidak berwarna). Canting untuk bagian
halus, atau kuas
untuk bagian berukuran besar. Tujuannya adalah supaya saat
pencelupan bahan
kedalam larutan pewarna, bagian yang diberi lapisan lilin
tidak terkena.
4. Tahap
berikutnya, proses pewarnaan pertama pada bagian yang tidak tertutup
oleh lilin dengan mencelupkan kain tersebut pada warna
tertentu.
5. Setelah
dicelupkan, kain tersebut di jemur dan dikeringkan.
6. Setelah kering,
kembali melakukan proses pembatikan yaitu melukis dengan
lilin malam menggunakan canting untuk menutup bagian yang
akan tetap
dipertahankan pada pewarnaan yang pertama.
7. Kemudian,
dilanjutkan dengan proses pencelupan warna yang kedua.
8. Proses
berikutnya, menghilangkan lilin malam dari kain tersebut dengan cara
meletakkan kain tersebut dengan air panas diatas tungku.
9. Setelah kain
bersih dari lilin dan kering, dapat dilakukan kembali proses
pembatikan dengan penutupan lilin (menggunakan alat
canting)untuk menahan
warna pertama dan kedua.
10. Proses membuka dan menutup lilin malam dapat dilakukan
berulangkali sesuai
dengan banyaknya warna dan kompleksitas motif yang
diinginkan.
11. Proses selanjutnya adalah nglorot, dimana kain yang
telah berubah warna
direbus air panas. Tujuannya adalah untuk menghilangkan
lapisan lilin,
sehingga motif yang telah digambar sebelumnya terlihat
jelas. Anda tidak perlu
kuatir, pencelupan ini tidak akan membuat motif yang telah
Anda gambar
terkena warna, karena bagian atas kain tersebut masih
diselimuti lapisan tipis
(lilin tidak sepenuhnya luntur). Setelah selesai, maka batik
tersebut telah siap
untuk digunakan.
12. Proses terakhir adalah mencuci kain batik tersebut dan
kemudian
mengeringkannya dengan menjemurnya sebelum dapat digunakan
dan dipakai.
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Kesimpulan yang bisa kita ambil dari banyak kasus klaim
kebudayaan Indonesia
dan penghargaan dari UNESCO adalah bahwa bangsa yang
dihargai adalah
bangsa yang memelihara budayanya, bukan sebagai yang
menciptakan pertama
kalinya.
AKHIRNYA dunia mengakui batik merupakan salah satu warisan
umat manusia
yang dihasilkan oleh bangsa Indonesia. Pengakuan serta
penghargaan itu akan
disampaikan secara resmi oleh United Nations Educational,
Scientific, and
Culture Organization (UNESCO). Pengakuan dilakukan pada 28
September 2009
dan penghargaan resmi pada hari ini (2 Oktober) di Abu
Dhabi.
Pengakuan UNESCO itu diberikan terutama karena penilaian
terhadap
keragaman motif batik yang penuh makna filosofi mendalam.
Penghargaan itu
juga diberikan karena pemerintah dan rakyat Indonesia juga
dinilai telah
melakukan berbagai langkah nyata untuk melindungi dan
melestarikan warisan
budaya itu secara turun-menurun.
Sebagai bentuk apresiasi terhadap Batik Indonesia, Presiden
SBY meminta
kepada seluruh warga negara Indonesia untuk memulai memakai
batik pada
hari ini. Semoga ini menjadi awal yang baik, untuk selalu
nguri-uri kebudayaan
Indonesia. Tidak ada kata terlambat untuk memulai sesuatu
yang baik.
Setelah proses pengakuan ini apa yang harus dilakukan oleh
masyarakat dan
bangsa Indonesia selaku pemilik sah batik? Apakah akan
membiarkannya begitu
saja? Ada banyak cara yang bisa kita lakukan sekaligus
mempromosikan batik
secara kontinyu, dengan memakai batik sebagai busana kita
sehari-hari.
Disamping untuk menghidupkan industri batik secara tidak
langsung, kita ikut
menjaga kebudayaan Indonesia.
4.2 SARAN
Agar warna batik berbahan sutra dan serat tidak cepat pudar,
awet dan tetap
tampak indah. Mencuci kain batik dengan menggunakan shampo
rambut.
Sebelumnya, larutkan dulu shampo hingga tak ada lagi bagian
yang mengental.
Setelah itu baru kain batik dicelupkan.
Anda juga bisa menggunakan sabun pencuci khusus untuk kain
batik yang dijual
di pasaran. Pada saat mencuci batik jangan digosok. Jangan
pakai deterjen.
Kalau batik tidak kotor cukup dicuci dengan air hangat.
Sedangkan, kalau
kotor, misalnya terkena noda makanan, bisa dihilangkan
dengan sabun mandi
atau bila kotor sekali, seperti terkena buangan knalpot,
noda bisa dihilangkan
dengan kulit jeruk dengan mengusapkan sabun atau kulit jeruk
pada bagian
yang kotor.
Sebaiknya Anda juga tidak menjemur kain batik di bawah sinar
matahari
langsung (tempat teduh). Kain batik jangan dicuci dengan
menggunakan mesin
cuci. Tak perlu memeras kain batik sebelum menjemurnya.
Namun, pada saat
menjemur, bagian tepi kain agak ditarik pelan-pelan supaya
serat yang terlipat
kembali seperti semula.
Sebaiknya hindari penyeterikaan. Kalaupun terlalu kusut,
semprotkan air di
atas kain kemudian letakkan sebuah alas kain di bagian atas
batik itu baru
diseterika. Jadi, yang diseterika adalah kain lain yang
ditaruh di atas kain
batik.
Disarankan untuk menyimpan batik dalam plastik agar tidak
dimakan ngengat.
Jangan diberi kapur barus, karena zat padat ini terlalu
keras sehingga bisa
merusak batik. Sebaiknya, almari tempat menyimpan batik
diberi merica yang
dibungkus dengan tisu untuk mengusir ngengat. Alternatif
lain menggunakan
akar wangi yang sebelumnya dicelup dulu ke dalam air panas,
kemudian
dijemur, lalu dicelup sekali lagi ke dalam air panas dan
dijemur. Setelah akar
wangi kering, baru digunakan.
Anda sebaiknya juga tidak menyemprotkan parfum atau minyak
wangi langsung
ke kain atau pakaian berbahan batik sutera berpewarna alami.
Bila Anda ingin memberi pewangi dan pelembut kain pada batik
tulis, jangan
disemprotkan langsung pada kainnya. Sebelumnya, tutupi dulu
kain dengan
koran, baru semprotkan cairan pewangi dan pelembut kain.
4.3 KRITIK
Demikian makalah ini kami buat sebagai tugas dari mata
kuliah ”Ilmu Budaya Sosial”. Kami sadar masih banyak sekali kekurangan dalam
pembuatan
makalah ini. Untuk itu saran dan kritik yang membangun dapat
disampaikan
kepada kami. Terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
Deddy Mulyana dan
Jalaluddin Rakhmat. Komunikasi Antarbudaya:Panduan
Berkomunikasi dengan Orang-Orang Berbeda Budaya. 2006.
Bandung:Remaja
Rosdakarya.
Wilson, Edward O.
(1998). Consilience: The Unity of Knowledge. Vintage: New
York. ISBN 978-0-679-76867-8.
www.wikipedia.com
www.google.com
www.yahoo.com